Friday 18 November 2011

Ruang Lokal Edisi 18 November 2011

Haloo

Kali ini perhatian saya tersedot ke sebuah note facebook yang memuat nama saya dalam barisan tagar, yang merupakan kutipan asli dari official facebook page mereka

Kisah di Balik "Bilur"
by Sarasvatī on Tuesday, 17 August 2010 at 06:13

Selendang bersulam sutra,

biduri lembayung jingga...
Saksi mati tuk bersaksi,

gelimang pesona diri...
Belia usia dulu,

ruap cinta tlah menggebu...
Samar kulihat dunia...

tak sadar semua fana...
Sekilas lihatlah mega,

anugerah tiada tara...
Ini tak adil untukku,

halimun hitam merasuk...
Ceracau getir ibunda,

gemertak sengap hatinya...
Firasat tak penah salah...

Hanya kuberbuat... Ulah....

Sosok wanita ini biasa dipanggil...Mae. Dengan paras yang cukup cantik, dan talentanya yang luar biasa di dunia tarik suara seni tradisional mampu membuat banyak orang berdecak kagum untuknya. Pada masanya, beliau cukup tenar dikalangan seniman tradisional. Tidak ada yang tahu bagaimana kisah hidupnya, sampai akhirnya ajal menjemputnya secara tiba-tiba, dari situ terkuak semua yang pernah terjadi padanya semasa hidup. Ini memang sangat janggal, karena proses menuju terkuaknya cerita seorang Mae sangat rumit dan tidak masuk akal.

Berdasarkan cerita dari bibir ke bibir, sampailah cerita itu ke telinga saya. Saat itu juga saya merasa tergugah akan kisah hidupnya yang pilu.Dan berujung pada dibuatnya lagu yang saya dedikasikan untuknya berjudul "Bilur". Bilur sendiri...dalam kamus bahasa indonesia berarti 'bengkak kemerah-merahan ; bekas dipukul', dalam lagu berjudul "bilur", saya menyambungkan kata bilur dengan kata hati yang berarti luka di dalam hati.

Dalam beberapa bait lirik diatas (tulisan cetak miring), tersirat bahwa hidupnya dulu bergelimang pesona, dia suka menggunakan selendang dan biduri (batu permata) pada saat menyanyi diatas panggung.Dulu dia adalah gadis penurut yang selalu ingin membahagiakan kedua orangtuanya, terlebih ibunya. Tapi disuatu saat, dia berontak tidak mau dikendalikan terus oleh sang ibu dan akhirnya memilih untuk menomorsatukan perasaannya dan menikah dengan laki-laki yang menurutnya adalah laki-laki yg dia "cinta"-i. Dia ingat, saat itu sang ibunda sangat menentang keputusannya, apa yang menjadi firasat ibunya tidak dia hiraukan.

Semerbak dupa iringi kumelangkah..
Cungkupku hanya tanah...
Bilur hati merambah...
Akan datangkah bagiku...Kesempatan...
Bila tak ada titian...
Diri yang rupawan...
Bila tak ada titian...Jalan yang....Rupawan...

Lirik ini bermaksud menyiratkan suara hati Mae yang terluka setelah kematiannya, dimana dia merasa apa yang dia inginkan selama hidupnya ternyata tidak tercapai dan hanya berakhir sia-sia. Dia terbangun dan rumahnya kala ini hanyalah tanah...semakin dia meratapi kenangan semasa hidupnya semakin jauh dia merasakan keperihan di dalam hatinya.

Kepergiannya memang sangat tiba-tiba, tidak ada yang menyangka apalagi saat itu dia tengah mengandung 8 bulan. Kejadian demi kejadian terungkap setelah dia dan janin yang ada di perutnya dikubur bersama. Sampai pada suatu kejadian dimana rohnya merasuki raga seseorang dan memberikan sebuah lirik yang berisi cerita kisah hidupnya kepada seorang temannya semasa hidup yang notabene adalah seorang pencipta lagu. Liriknya berbahasa sunda, inti dari lagunya sendiri berisi tentang rasa sakit yang tak pernah hilang walau dibawa ke liang lahat dan permohonan maafnya kepada ibu saudara dan teman-teman yang pernah mengenalnya semasa hidup.

Kebetulan, lagu yang berisi lirik buatan Mae dinyanyikan oleh ambu "Ida Widawati", pengisi lirik bahasa sunda di dalam lagu Bilur.

Saat menyerahkan lagu "Bilur" kepada ambu Ida, saya meminta agar beliau mengisi lirik bahasa sundanya, karena saya kesulitan dalam membuat lirik bahasa sunda. Dan saya bercerita, kalau lagu bilur ini saya buat berdasarkan kisah Mae yang pernah saya dengar darinya. Ambu Ida sangat antusias saat itu, mengingat baru kali pertama untuknya membuat sebuah kolaborasi dengan musik non tradisional, apalagi tema lagu yang diusung mengangkat kisah hidup seorang penembang yang juga merupakan sahabatnya. Akhirnya terbuatlah lirik bahasa sunda di lagu "Bilur":

"Duh, teungteuingeun...tuntung lengkah...geuning...bet peurih..."

Arti dari lirik bahasa sunda ini menerangkan bahwa ini benar-benar menyakitkan....akhir langkahku ternyata tetap perih...dan selalu perih. Menurut saya, walau singkat...tapi lirik ini mengandung makna sangat kaya yang sangat mewakili perasaan seorang Mae (berdasarkan cerita demi cerita tentangnya). Lalu saya berkata pada ambu Ida, "Ambu...lirik ini benar-benar bagus dan membuat saya merindiiiing". Kemudian ambu bercerita kalau sebenarnya dia kesulitan saat mengisi lirik bahasa sunda ini. Tapi kemudian Mae datang menghampirinya dan memberikan lirik diatas untuk membantu saya mengisi lagu "Bilur". Itu cukup janggal...tapi seketika itu juga membuat saya merasa sangat terharu.

"Terimakasih Bu Mae....atas lirik yang indah...dan kisah yang bisa dijadikan pelajaran untuk siapa saja yang mendengarnya....saya yakin, Ibu sekarang sudah jauh lebih tenang... dan menemukan kebahagiaan disana, saya akan selalu berusaha mengingat dan mendoakan ibu..." :)

Artwork: Anindito Wisnu

Lini Lagu Edisi 18 November 2011
  • Cupumanik - Luka Bernegara
  • Nicko Peanuts Ft Almarhum Her - Kapal Terbang
  • Poniland - I Want My Shoe Back
  • Lampu Kota - Bintang Balap
  • Borneo Dangerous United - Kami Berbahaya
  • Sarasvati - Bilur
  • Suri - Bicara Kini
Support Your Local Scene!


Friday 4 November 2011

Ruang Lokal Edisi 4 November 2011 (Happy Guy Fawkes Day!!)

Haloo
Selamat bulan baru!!
Saya selalu suka bulan November. Untuk alasan, ini adalah bulan hujan! dan tanggal lima besok adalah peringatan 1605~2011 Guy Fawkes, one of my most favorite men :3
Mari main ke sini untuk mengenal Fawkes lebih jauh.
Oke, balik ke topik utama, Ruang Lokal. Saya mendapat empat kiriman lagu dari kawan jauh yang tengah merintis radio independent bernama Kanal TigaPuluh yang entah selalu mengudara di tengah malam :D
atau memang saya yang selalu tertinggal untuk mendengarkan siaran mereka.
Lagu lagu yang dikirimkanpun sukses meramaikan Ruang Lokal dan playlist saya di sore hari ini. Mereka adalah Kobra dengan lagu Bisa Ularnya. Band Garage dari Malang yang ciamik! *tsaahhh* Lalu ada Intenna dengan Dansa Hujan dan Little Miss Sunshine. Hadir di sana Komang, pemilik blog favorit saya Kinderwall sebagai vokalis. Suka
Saya lalu disuguhkan Splakblakmutakarak (What a name, eh?) dengan dua lagu, Pemuda Harapan Bangsa (entah berkolerasi dengan tanggal saya menerima file ini -20 Oktober- atau hanya keterbetulan saja) dan Malam. Splakblakmutakarak sendiri merupakan CD Kompilasi para musisi Malang yang terangkum dalam 21 track.
Yay! Malang Istimewa
Lini Lagu Ruang Lokal Edisi 4 November 2011:
  • Intenna - Dansa Hujan
  • Windyasari - You Said
  • The Morning After - Quatro
  • White Shoes And Couples Company - Windu Defrina
  • Sore - Somos Libres.mp3
  • MORFEM Gadis Suku Pedalaman
  • Efek Rumah Kaca - Cinta Melulu
  • Kobra - Little Miss Sunshine
  • Melancholic Bitch - Tentang Cinta
  • SplakblakMutakarak - Pemuda Harapan Bangsa
Support Your Local Scene!