Friday 23 November 2012

Edisi 23 Nopember 2012

Mereka Meneduhkan Sore: Indiefolk

Selama bertahun tahun saya mengasosiasikan folk sebagai varian dari ragam metal a la skandinavian. Namun yang tengah mengusik berbulan bulan belakangan; label indie-folk pada banyak lagu yang saya unduh melalui media online. Lalu muncul pertanyaan: Apa bedanya indie-pop dan indie-folk?

Secara pragmatik saya melengus dan menyimpulkan: Ah, ini bisa bisaannya si empunya band buat menentukan genre aja. Indie-pop mungkin terdengar terlalu mainstream lantaran, well, pop-popular itu sendiri. Bok, 'kan anak anak pelawan arus.

Biarlah saya berenang renang dalam anggapan bahwa indie-folk adalah Semak Belukar atau Karinding Attack sebab mereka bermain dalam musik daerah serta merupakan rilisan independent. Tapi percayalah, Stars and Rabbit, Katjie Piering, Afternoon Talk, Melanie Martinez (sebelum dia menang dan rilis album di bawah label universal, saya tak akan mengecualikan namanya dalam ruang lokal!) dan Intenna cukup membuat sore saya menyenangkan :)

Lini Lagu Ruang Lokal Edisi 23 Nopember 2012
  • Melancholic Bitch - Tentang Cinta
  • Stars and Rabbit - Worth It
  • Intenna - Little Miss Sunshine
  • Afternoon Talk - Love Letter
  • Melanie Martinez - Lights (Ellie Goulding Cover)
  • Poomplamoose - Mrs. Robinson (Simon &Garfunkel Cover)
  • Laura Marling - Ghosts
  • Semak Belukar  - Malasmarah
  • Katjie Piering - Polypanic Room (Polyester Embassy Cover)
  • Detik - Tinggalkanku.
Support Our Local Scene!

Friday 19 October 2012

Edisi 19 Oktober 2012

Kalau Bukan Konsistensi, Apalagi Yang Layak dibanggakan?

Melanie Martinez mencuri hati saya sekurang kurangnya seminggu belakangan. Penampilannya di Blind Audition episode ke enam the Voice season tiga menciutkan nyali saya untuk bernyanyi seketika. Terlepas dari berbagai asumsi bahwa citranya sengaja dibangun untuk menaikkan rating acara tersebut (folk, tampilan hipster dan gap di gigi depannya gayanya yang eksentrik), saya tidak bisa menampik untuk menyebut suka kepada suaranya. Sebabnya hanya lewat mp3 suaranya saya dengar, bukan live performance.

Dalam beberapa bulan terakhir saya menyaksikan pergerakan yang cukup masiv dari scene lokal Palangkaraya. Berkali kali mereka mengadakan gig dalam rentang waktu yang rapat. Sampitpun akan menggelar Boneka Tanah #4 di hari Minggu, 21 Oktober nanti. Penggemar musik musik punk, merapatlah ke sanggar habaring hurung depan rumah jabatan, Senangnya~
Bagaimana dengan Ruang Lokal? sudahkah saya sampaikan bahwa sekarang Ruang Lokal sudah mendapat jam regular selama dua jam di hari Jumat di radio Mentaya FM dan bisa didengarkan secara streaming? Hehehe, mainlah ke www.mentayafm.com di hari Jumat jam 3 sore. Akan ada saya dan Ruang Lokal di sana.

Lini lagu Ruang Lokal Edisi 19 Oktober 2012:
  • Melanie Martinez - Lights
  • Jack and Four Men - ALL NIGHT LONG.
  • Milk Cartoon Kids - Permanent
  • Katjie & Piering - Kinanti
  • DE'MAYOR-MELANGKAH PASTI
  • Sufi Band - 7 Lapis langit 7 Lapis Bumi
  • BESOK BUBAR-Besok Mati
  • Jenny - Hari Terakhir Peradaban
  • The SIGIT - Money Making
  • Melancholic Bitch - Tentang Cinta
  • Monkey to Millionaire - Amerika
Support Our Local Scene!

Friday 12 October 2012

Edisi 12 Oktober 2012

Kealpaan akan membawa konsekuensi. Dan delapan bulan alpa tentu akan berpengaruh banyak terhadap Ruang Lokal. Yang paling terasa adalah koneksi yang telah terbangun secara baik kini harus terputus. Distribusi musik musik independent sekarang mandeg dan mau tak mau saya selaku yang alpa harus memulai lagi dari awal. Tidak masalah, tetap semangat! :D

Saya tengah menyukai (sekali) lagu ini. Judulnya Permanent milik the Milk Carton Kids. Lagunya yang santai membuat perjalanan pulang selepas siaran menjadi menyenangka.  Lagu lain yang tengah menjadi penghuni tetap mp3 player mungkin adalah Acid Kings House - Would You Say Stop dan beberapa nomor milik Foster the People.

Ruang Lokal Edisi 12 Oktober kali ini berlini lagukan:
  • Efek Rumah Kaca - Cinta Melulu
  • Intenna - Dansa Hujan
  • Acid House Kings - Woul You Say Stop
  • Belkastrelka - Pujian Ekspatriat
  • Salmon - U ARE SALMONEST
  • Belkastrelka - Pujian Ekspatriat
  • Hightime Rebellion - Writer on the Window
  • Jack and Four Men - ALL NIGHT LONG
  • Stars and Rabbit - You Were My Universe
Support our local scene!


Friday 31 August 2012

Kembali!

Setelah vakum secara keterlaluan -delapan bulan- kini Ruang Lokal kembali. Dengan format serupa dan penyiar yang sama. Berita baiknya, Ruang Lokal kini tidak lagi menjadi sub-segmen dalam Music Plus, dia berdiri sendiri selama dua jam penuh dengan nama program: Ruang Lokal FM Mentaya.

Yep, setiap Jumat jam 3 sore di Mentaya FM. Untuk yang tidak bisa mengakses frekwensi f\FM 104,6 di kota Sampit, dengerin streamingnya di sini :)

Senang bisa kembali!

Wednesday 4 July 2012

Liputan Singkat: Bandung Berisik 6

Lima sore di 18 Mei saya dan Alfi menuju Bandung. Berwanti wanti akan tertinggal banyak penampil di Bandung Berisik 6 yang sudah open gate sejak pukul satu siang. Benar saja, kami tiba di leuwipanjang pukul delapan malam dan harus berkutat dengan macet sepanjang kopo, menuju lanud sulaiman, tempat acara digelar. Ratusan orang sudah mengantri keluar venue. Untuk hari pertama acara hanya sampai pukul sepuluh malam.

Setengah sepuluh malam kami tiba di venue. Tertahan di depan lantaran tiket belum di tangan. Melewatkan Burgerkill, the Sigit dan beberapa band yang tampil di hari pertama. Kami terlupa bahwa di hari kedua libur panjang 17-20 Mei, Jakarta-Bandung akan dibanjiri kendaraan dengan volume berkali lipat dari hari biasa. Sebagai konsekuensi, di bandung berisik hari pertama saya harus terpuaskan dengan merekam Jasad, Besok Bubar dan Raja Singa dalam ingatan. 

Berlumpur
Saya mendapat kabar bahwa bandung tengah sering hujan hingga H-2 bandung berisik diadakan. Sudah terbayang seperti apa bentuk venue yang notabene adalah lapangan rumput setelah diguyur hujan dan dijadikan arena moshing-pogo di hari pertama. Sebagai antisipasi, sempat terpikir untuk berbekal jas hujan dan boots. Tapi kemudian batal, anak metal kok takut ujan :P
Tong, sabaraha dapet lelenya tong?
Tidak saya maupun Alfi mengira kondisi depan stage bakal seperti di atas. Kami baru memutuskan untuk merapat ke stage saat Beside menggeber panggung jam lima sore. Kondisi lapangan sangat, sangat berlumpur bekas guyuran hujan di hari pertama. Tanah yang liat membuat pergerakan menjadi susah sehingga tak heran jika ada yang berkomentar begini di laman resmi facebook Bandung Berisik.

Selain boots dan jas hujan, kita mungkin perlu berbekal cangkul...
Pengamanan ketat yang terkesan diketat ketatkan membuat banyak kawan berkomentar tentang betapa tidak nyamannya proses masuk ke dalam venue. Namun terlepas dari segala kendala teknis, Bandung Berisik hari kedua berhasil memenuhi espektasi tertinggi saya dari pagelaran ini. Secara personal tentu saja ini adalah kali pertama saya ke Bandung dan menonton event yang sejak lama ingin dihadiri ini. Lebih dari itu, tiga panggung (Apocalypse, Inferno dan Holocaust) menggeber tanpa jeda dan membuat semua hasrat akan musik keras, terpuaskan!

Sing a long Aku Adalah Tuhan, Beside. Tepat setelah mereka mengumumkan bubarnya mereka adalah hoax



Catatan Personal
Pergi dan melihat langsung pagelaran Bandung Berisik adalah keinginan yang saya simpan sejak lama. Tepatnya setelah membaca buku Myself Scumbang di tahun 2007. Namun kondisi serba tidak memungkinkan. Saya berada di tengah kalimantan, tidak memiliki rekan berpetualang dan sebagainya dan sebagainya. Dan ketika ini akhirnya terpenuhi, banyak momen emosional yang mungkin terdengar berlebihan, saya rasakan sepanjang Bandung Berisik 6, Maximum Aggression.
 
Untuk pertama kalinya, saya berada di tengah puluhan ribu metalhead, menyanyikan lagu yang sama, menyukai musik yang sama. Saya tersenyum kecil saat mengingat kelompok metal kami di Sampit yang tak sampai sepuluh orang jumlahnya. Bukan lantas merasa rendah diri atau gimana, lebih kepada terharu, seandainya saya bisa membawakan semua kesenangan itu dan membaginya kepada kawan kawan. Karenanya, tulisan ini dibuat.

Bandung Berisik 6 menjawab semua keinginan saya terkait pagelaran metal. Sound yang kenceng, crowd yang bersemangat (dan berlumpur), tata panggung dan konsep acara yang luar biasa. Bandung Berisik menegaskan posisinya sebagai yang akan selalu menjadi wadah bertemunya sahabat lama, kawan kawan baru dan tempat membagi cerita yang tak habis habis mengenai metal.

Sebelum masuk stage di hari kedua, saya dan Alfi banyak berbicara mengenai komunitas metal Bandung-Jakarta, kultur dan berbagai analisa yang kami telisik sendiri. Tepat sebelum akhirnya membeli tiket on the stage, saya melontarkan pernyataan: "Sampai saat ini gue masih mencari jawaban apa yang membuat mereka (menunjuk antrian panjang di gerbang masuk) mau berjauh jauh, berpanas panas, tanpa permudahan akses kaya kita, berkorban tidak hanya materi tapi juga fisik selama dua hari penuh."

Lalu malamnya, saya menemui diri saya sendiri berada di depan stage Inferno, terbenam lumpur hingga di atas mata kaki. Tersenyum lebar sepanjang Karinding Attack menghajar panggung dengan lagu lagu berbahasa sunda yang tidak sepenuhnya saya mengerti :)

Kalau Hyde L'Arc en Ciel melempar marshmallow dan coklat, Man Jasad melempar gehu ke penonton. oh well.
21 Mei siang saya meneruskan perjalanan sepulang dari Bandung menuju Sampit. Saat tengah mengantri di A&W bandara Soetta, seorang pemuda tanggung dengan sepatu yang masih berbercak lumpur mengangkat tangannya ke udara, menatap saya. Saya tersenyum lebar dan turut mengangkat tangan, kita sama sama mengenakan gelang merah bertuliskan Bandung Berisik. Gelang yang hingga saat ini terus saya pakai tanpa jeda.

***
Penulis yang mejeng di tengah lanud. Sok Kece.

Monday 26 March 2012

Perpindahan dan Konsistensi

Semula Ruang Lokal berfungsi sebagai 'usaha sampingan' saya untuk memperkenalkan musik indie melalui radio. Sebuah program yang menyiarkan lagu lagu kurang popular untuk kota Sampit. Kalau bukan karena support yang berlimpah, rasa rasanya mustahil program ini bisa bertahan hingga delapan bulan lamanya. Dengan koleksi lagu seadanya, berita berita yang tak terlalu update dan saya sebagai anchor yang sungguh sangat tidak kualifikatif, Ruang Lokal hadir secara rutin, selama satu-dua jam di Jumat sore.

Karenanya terasa berdosa jika saya tidak mengucapkan selamat tinggal. Menuliskan sekedar postigan blog untuk mengutarakan bahwa saya kangen terhadap radio, ruang lokal, musik musik indie, kawan seperjuangan and so on and so on. 

Mengapa program ini dihentikan? Sebab saya harus berhenti siaran dan berpindah ke Jakarta, untuk bekerja sebagai bukan penyiar. Dan kekesalan saya tertuju kepada diri sendiri yang selalu sulit berkonsistensi terhadap sesuatu yang disukai. Atau setidaknya, mencari pengganti untuk memandu program itu. Selama tiga bulan perncarian, saya tidak berhasil menemukan pengganti dan dengan sangat terpaksa, Ruang Lokal harus berhenti mengudara.

Terima kasih sudah menjadi kawan yang baik selama delapan bulan dan 24 episode Ruang Lokal. Kita bertemu lagi lain kali!

support your local scene!
Best Regards,

Rusnani Anwar
-founder, anchor, activist for Ruang Local-